Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Wakil Menteri Perdagangan Bayu Krisnamurthi

Wakil Menteri Perdagangan, Bayu Krisnamurthi, mengatakan untuk mengantisipasi banjirnya produk-produk impor terutama produk pangan, pemerintah sedang menggodok beberapa kebijakan agar importasi dapat terkendali.

"Untuk semua yang terkait pangan kami akan menerapkan analisis risiko, harus betul-betul aman bagi masyarakat maupun lingkungan," kata Bayu di Jakarta, Jumat, 18 Oktober 2011.

Salah satu caranya, dia menuturkan, adalah importasi hanya diperbolehkan melewati pelabuhan yang memiliki fasilitas memadai. Hal ini untuk menguji barang sesuai dengan ketentuan atau tidak.

Kemudian, Kemendag mengupayakan adanya Ferivikasi di pelabuhan asal barang pangan impor. "Jangan sudah masuk baru diketahui barang itu berbahaya," kata dia.

Bayu mencontohkan, pada importasi kentang misalnya, prinsip itu bisa diterapkan. Menurut dia, yang disebut analisis risiko itu bukan hanya bagi manusia, tapi juga untuk usaha pertanian. "Kentang bibit yang diimpor membawa penyakit dan bakteri atau tidak?" katanya.

Untuk itu, Bayu melanjutkan, melalui cara inspeksi dan analisis risiko, importasi kentang harus sampai sertifikasi pertanian di negara asal produk impor kentang itu. Harus jelas cara penanaman, lokasi penanaman, penggunaan pestisida, dan kualitas.

Mengenai tarif, Indonesia bisa membedakan tarif yang tegas dan signifikan, misalnya kalau bibit sekarang tarif impornya sampai nol persen, sedangkan konsumsi bisa diberi tarif 20 persen. "Kalau bisa dilarang sama sekali untuk konsumsi, bibit bisa di kasih tarif tapi sedikit," ungkapnya.